Sunday, January 27, 2013

QUENTA SILMARILLION: Sejarah Silmarili


oleh Poppy D. Kartadikaria


Bab 2: Tentang Aulë dan Yavanna


Dikisahkan bahwa kaum Dwarf diciptakan oleh Aulë dalam kegelapan Middle-earth, karena Aulë sangat menanti-nantikan kedatangan Anak-Anak Ilúvatar untuk dijadikan murid yang bisa diajarinya seni tempa, tapi nggak sabaran nunggu Ilúvatar selesai bikin desain mereka. Karena Aulë tidak tahu bentuk seperti apa yang bakal dimunculkan Ilúvatar, maka dia membentuk dwarf seperti sekarang ini. Aulë juga beralasan bahwa makhluk yang menempati Bumi harus kuat dan tahan banting, karena Melkor masih punya kuasa di sana. Tapi takut Valar lain ngadu ke Eru, dia bekerja diam-diam. Maka dia menciptakan Tujuh Leluhur Dwarf dalam aula besar di bawah gunung di Middle-earth.

Ilúvatar jelas tahu perbuatan Aulë (tanpa perlu ada yang ngadu), dan begitu Aulë selesai membentuk dwarf serta memberi mereka bahasa yang diciptakannya sendiri, Ilúvatar bicara kepadanya, bikin Aulë mendadak beku ketakutan, “Ngapain kamu? Kenapa kamu menciptakan sesuatu yang berada di luar kekuatan dan kuasamu sendiri? Aku cuma memberi kamu kuasa atas diri kamu sendiri, nggak lebih dari itu. Jadi makhluk ciptaan kamu hanya bisa bergerak jika kamu perintahkan bergerak, dan kalau pikiran kamu lagi ngelantur, mereka bakal mematung. Memangnya kamu mau mereka jadi seperti itu?”

Bayangkanlah Aulë nunduk malu sambil mainin jempol. “Tapi kan aku nggak pengin menguasai apa-apa. Aku cuma pengin ada makhluk selain Ainur, yang bisa diajarin dan bisa menghargai indahnya Eä yang kauciptakan. Arda masih lega banget, banyak makhluk yang bisa tinggal di sana, tapi sekarang masih kosong dan nggak asyik. Karena nggak sabaran, aku bertindak kelewatan. Tapi aku kan anakmu, sang Pencipta, like father like son dong, aku juga pengin menciptakan sesuatu. Bukan maksudku melanggar dan sok pinter. Jadi aku mesti gimana supaya kau nggak marah lagi? Sebagai seorang putra, kupersembahkan ciptaanku ini kepadamu, yang kubuat dengan tanganku sendiri, tanganku yang kauciptakan. Atau lebih baik kuhancurkan saja hasil pekerjaan pradugaku ini?”

Setelah merengek-rengek lebay seperti itu, Aulë mengambil palu godam dan sambil nangis sesegrukan siap menghancurkan Tujuh Leluhur Dwarf. Tapi Ilúvatar kasihan padanya, memahami hasratnya dan memaafkannya karena Aulë segera menyesal. Lagi pula, ketujuh dwarf mengerut ketakutan begitu palu diangkat Aulë, memohon supaya mereka nggak dijadikan daging cincang. Suara Ilúvatar terdengar lagi, “Aku terima persembahanmu. Lagian udah kepalang, sekarang mereka sudah punya nyawa sendiri.”

Aulë kegirangan dan berterima kasih. “Semoga Eru memberkati pekerjaanku dan memperbaikinya!” Tapi Eru bilang, “Enak aja! Aku mengizinkan mereka hidup, tapi nggak bakal bentuk mereka kuperbaiki lagi. Dan mereka nggak boleh nongol duluan sebelum kaum Firstborn. Ciptaanmu ini sekarang harus tidur dalam kegelapan di bawah bebatuan dan menunggu, meskipun lama sekali. Setelah Firstborn ciptaanku kuturunkan ke Bumi, maka ciptaanmu akan kubangunkan. Nanti bakal sering terjadi perselisihan antara anak-anakmu ini, yang jadi anak angkatku, dengan anak-anak ciptaanku sendiri. Ngerti?”

Maka Aulë membawa Tujuh Leluhur Dwarf, ditidurkanlah mereka di tempat-tempat yang terpisah jauh, kemudian dia pulang ke Valinor, menunggu tahun demi tahun demi tahun...

Karena di zaman itu Melkor masih kuat, Aulë menciptakan dwarf sebagai makhluk tahan gempa. Mereka sekuat batu, keras kepala, kalau berteman sangat setia dan kalau bermusuhan susah diajak cantelan kelingking lagi. Tubuh mereka bisa menanggung sakit, lapar dan siksaan lebih baik daripada ras mana pun; mereka hidup lama, jauh lebih lama daripada manusia, tapi tidak abadi. Kepercayaan kaum dwarf adalah, jika mereka mati, Aulë sang pencipta mereka (yang mereka sebut Mahal) akan membawa mereka ke Mandos, di mana ada balairung terpisah untuk kaum mereka sendiri. Kemudian mereka akan disucikan oleh Ilúvatar dan ditempatkan di antara Anak-Anak yang lain setelah Kiamat. Maka tugas mereka adalah berbakti pada Aulë, membantunya membentuk kembali Arda setelah Pertempuran Terakhir. Mereka juga percaya Tujuh Leluhur Dwarf akan hidup kembali dalam keturunan mereka dan sekali lagi menggunakan nama-nama kuno mereka: Durin-lah yang paling terkenal di sepanjang zaman, moyang mereka yang paling bersahabat dengan kaum elf, yang istananya berada di Khazad-dûm.

Sewaktu menciptakan dwarf, Aulë ngumpet dari Valar yang lain, tapi sekarang dia ngaku ke Yavanna. Lalu Yavanna bilang, “Untung Eru maafin kamu, dan aku senang kamu senang. Tapi karena kamu ngumpetin ini dari aku, maka anak-anakmu itu nggak akan terlalu menyukai hal-hal yang aku cintai. Mereka akan lebih mencintai barang-barang buatan mereka sendiri. Mereka bakal menggali dan tidak peduli segala hal yang tumbuh di permukaan tanah. Banyak pohon yang akan dilukai besi mereka.” Istri di mana-mana sama aja, nggak manusia, nggak Vala, manyun kalo suami berbuat sesuatu diam-diam.

Aulë bela diri, “Tapi Anak-Anak Ilúvatar juga bakal seperti itu, mereka perlu makan dan perlu membangun. Eru bakal memberi mereka tempat tinggal, dan mereka akan menggunakan semua yang bisa mereka temukan di Arda, meski Eru takkan membiarkan mereka buka lahan sembarangan tanpa menghargai pekerjaanmu sama sekali.”

“Asalkan hati mereka nggak diracunin Melkor,” kata Yavanna. Dia jadi ketar-ketir memikirkan apa yang bakal terjadi di Middle-earth nanti. Maka dia menghadap Manwë, bukan bermaksud ngaduin suaminya, tapi bertanya apakah benar Anak-Anak Ilúvatar nanti akan menguasai hasil pekerjaannya dan berbuat semau mereka.

Manwë berkata, “Benar. Tapi kenapa kamu nanya begitu?”

Yavanna jadi sedih. “Aku cemas. Aku sangat mencintai hasil pekerjaanku. Tidak cukupkah Melkor ngacak-ngacak? Tidak adakah pekerjaanku yang bakal aman dari kekuasaan kaum lain?”

Manwë bertanya, “Kalau bisa, pekerjaanmu yang mana yang ingin kamu selamatkan?”

“Semuanya punya nilai,” kata Yavanna. “Tapi kaum kelvar (hewan) bisa kabur dan membela diri, sementara kaum olvar (tanaman) tidak bisa. Di antara olvar aku paling mencintai pohon yang butuh waktu lama untuk tumbuh, tapi bisa ditumbangkan sekejap mata. Kalau pohon itu tidak memberi buah, takkan ada yang menangisinya jika ditebang. Aku ingin pohon bisa bicara atas nama semua tumbuhan dan menghukum mereka yang merusak tanaman.”

“Kamu mabok?” tanya Manwë.

Yavanna ngotot, “Tapi itu semua disebut dalam Lagu. Sementara kau dan Ulmo mengerjakan udara, awan dan mencurahkan hujan, aku membuat ranting-ranting pohon tumbuh untuk menyambutnya, dan beberapa pohon bernyanyi kepada Ilúvatar di sela-sela angin dan hujan.”

Manwë jadi bengong, dan dalam renungannya Ilúvatar memberi wangsit. Kemudian Manwë menyampaikan kepada Yavanna kata-kata Ilúvatar: bahwa saat Anak-Anak Ilúvatar dibangunkan, maka pikiran Yavanna pun akan diwujudkan, dan pikiran itu akan memanggil spirit-spirit dari kejauhan, kemudian spirit-spirit tersebut akan berkeliaran di antara kelvar dan olvar, beberapa bahkan akan merasuki hewan dan tanaman, dan mereka akan dihormati; jika mereka diperlakukan tidak adil, kemarahan mereka akan menakutkan. Tapi hanya untuk sementara, saat kaum Firstborn masih berkuasa, dan kaum Secondborn masih muda. Namun pikiran Yavanna dan Manwë pada dasarnya bersinggungan, sama-sama menunggang angin bagaikan burung-burung raksasa melesat di atas mega. Ilúvatar mendengar semua itu dan akan mewujudkan segalanya. Maka sebelum Anak-Anak Ilúvatar bangkit, akan terbang Elang-Elang Penguasa Daerah Barat.

Yavanna girang mendengar itu, kemudian dia berdiri dan menengadah ke langit, berkata, “Pohon-pohon Kementári akan tumbuh begitu tinggi sehingga Elang-Elang sang Raja Arda bisa bersarang di puncaknya!”

Manwë nggak mau kalah, berdiri lebih menjulang daripada Yavanna, dan berkata, “Tidak. Hanya pohon-pohon Aulë yang akan tumbuh cukup tinggi. Elang-elang akan bersarang di puncak gunung, dan elang-elang akan mendengar suara mereka yang membutuhkan dan berdoa kepada kita. Namun di dalam hutan para Gembala Pohon akan berkuasa.”

Setelah mendapat pencerahan dari Manwë, Yavanna pulang ke Aulë. Suaminya sedang asyik menempa di bengkelnya. “Eru sangat murah hati,” kata Yavanna, jumawa karena merasa dibela. “Anak-anakmu harus waspada! Karena di hutan nanti akan ada kekuatan besar yang bakal ngamuk kalau mereka bikin ulah.”

“Tetap saja mereka bakal butuh kayu,” kata Aulë cuek sambil lanjut menempa.

Dalam sejarah Arda, ini adalah percekcokan rumah tangga pertama di dunia...

No comments:

Post a Comment