Sunday, January 27, 2013
AINULINDALË: Nyanyian Ainur
oleh Poppy D. Kartadikaria
Tersebutlah Eru, sang Esa, dipuja dengan nama Ilúvatar di Arda; di awal masa dia menciptakan para Ainur, Makhluk-Makhluk Suci, dari buah pikirannya, dan mereka tinggal bersamanya sebelum segala hal lain tercipta. Dan dia bicara kepada mereka, memberikan tema-tema lagu kepada mereka; dan mereka bernyanyi di hadapannya, dan Eru pun bahagia. Namun untuk waktu yang lama mereka bernyanyi sendiri-sendiri, atau bersama-sama dalam kelompok kecil saja, sementara yang lain mendengarkan; karena masing-masing hanya mahfum sebagian saja pikiran Ilúvatar dari mana mereka berasal, dan sangat lamban untuk memahami saudara-saudara yang lain. Namun semakin mereka mendengarkan, semakin dalam mereka mengerti, dan mereka makin menyatu dalam harmoni.
Begitulah awal Ainulindalë. Eru manggil semua Valar dan menyerahkan harmoni Musik Agung ke hadapan mereka, memerintahkan setiap Vala memberikan kekuatannya sendiri dalam harmoni musik itu, sementara Eru duduk anteng dengerin. Tapi musik dirusak Melkor yang bertindak mau-maunya sendiri, melenceng dari harmoni saudara-saudaranya. Melkor adalah Vala yang paling kuat, maka dia merasa paling okeh dibanding yang lain. Dia pengin menciptakan Makhluk sendiri, pengin mengisi Kehampaan dengan ciptaannya sendiri, dan pengin merebut Api Abadi dari mana Eru menciptakan Valar. Musik pun jadi sumbang gara-gara Melkor.
Denger musik yang sumbang, Eru berdiri, masih senyum-senyum bijak, lalu memulai musik baru yang lebih kuat. Melkor malah ngelunjak dan semakin kenceng bikin musik sumbang. Eru bangkit kedua kali, sekarang tampangnya bete. Tema musik ketiga diciptakan Eru, lebih kuat daripada sebelumnya. Melkor makin kurang ajar dan sekarang menimbulkan suara-suara berisik tanpa nada sampai menimbulkan gempa. Eru bangkit ketiga kali, sekarang bener-bener ngamuk. Satu nada melengking tercipta, kemudian musik berhenti.
Eru bilang Melkor memang yang paling kuat di antara semua Valar, tapi bukan berarti bisa nantangin penciptanya. Melkor sempet malu kena omel di depan Valar lain, tapi dalam hati dia manyun dan pundung di pojokan, dendam kesumat.
Eru mengajak para Valar menuju Kehampaan dan nunjukin visi (kayak hologram kali ye?) tentang sebuah dunia yang tercipta akibat harmoni musik mereka tadi. Masing-masing Vala punya andil dalam penciptaannya, bahkan Melkor yang nyumbangin bagian-bagian lebih gersang. Mereka melihat visi datangnya Anak-Anak Ilúvatar: Eldar (elf) dan Edain (manusia). Para Valar terpesona dan pengin ambil bagian dalam penyusunan Arda (bumi), dan Melkor lantas pengin menguasai semuanya, mau semua tunduk di hadapannya, sirik karena elf dan manusia diberi tempat tinggal sebagus itu.
Masing-masing Vala memiliki spesialisasi sendiri: Ulmo penguasa lautan, Manwë penguasa udara dan angin, Aulë penguasa bahan-bahan di bumi, dsb. Kemudian Eru berkata, “Eä! Let these things Be!” dan terciptalah bumi, dimasukkanlah Api Abadi ke inti bumi. Beberapa Vala turun ke Arda, diperintah Eru untuk beberes di sana supaya Arda bisa jadi tempat tinggal elf dan manusia. Semua Vala bekerja sesuai dengan cetak biru yang dikasih Eru, kecuali Melkor. Dia membangun Arda seenak udelnya sendiri dan dengan pongah bilang bahwa Arda milik dia seorang. Hasilnya, dia dimusuhin Valar yang lain. Akhirnya Melkor mojok sendirian, ngumpet di lokasi terpencil dan berbuat semaunya di sana.
Setiap Vala mengenakan sosok anggun seperti elf, tapi Melkor (karena kelakuannya jelek banget) pake sosok yang menakutkan. Setiap kali Valar yang lain mempercantik Arda, Melkor dateng ngacak-ngacak. Diberesin, diacak-acak lagi. Maka terjadilah perang pertama antara Valar yang lain dengan Melkor, di permulaan zaman, sebelum ada makhluk hidup yang turun ke Arda. Tapi akhirnya Arda pun selesai disusun, meski di beberapa tempat dirusak Melkor. Dan kaum Firstborn (elf) siap dimunculkan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment